Jumat, 29 Desember 2017

Mau Tahu Cara Menangani Masalah Kelupaan Dalam Shalat?

Manusia sebagaimana yang telah Allah fithrahkan kepada mereka merupakan makhluk yang bersalah, pasti selalu berbuat dosa, dan selalu lupa. Tidak mungkin ada manusia yang suci dari sifat lupa dan salah. Bahkan, dalam ibadahpun, kita masih memiliki sifat lupa dan salah.

Salah satu masalah lupa yang terjadi dalam perkara ibadah adalah masalah lupa mengerjakan hal-hal yang disyariatkan dalam shalat. Terkadang ada manusia yang lupa mengerjakan duduk di antara dua sujud atau ada yang lupa mengerjakan salah satu rukun shalat, ada yang lupa di rakaat ke berapa, bahkan ada yang lupa takbiratul ihram saking ingin bersegera mengerjakan perintah Allah ini !!! bagaimanakah solusi syariat Islam terhadap problematika ini?

Pada artikel ini, penulis ingin menyampaikan solusi yang diberikan oleh syariat Islam kepada umat ini mengenai masalah ini. Sebagaimana kita ketahui, bahwasannya Islam merupakan agama yang sempurna, tidaklah ada suatu masalah melainkan Islam telah memberikan solusi atas masalah tersebut. Terus, apa sih solusi yang dikasih oleh Islam kepada umat atas masalah ini?

Yap, Sujud sahwi !!!

Apa itu sujud sahwi?

Sujud sahwi adalah sujud yang dilaksanakan sebagai bentuk ganti dari kelupaan akan mengerjakan rukun-rukun atau wajib-wajib shalat dan dilakukan setelah atau sebelum salam.

Seluruh madzhab, baik madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hanbali, dan Zhahiriyyah telah sepakat atas disyariatkannya sujud sahwi apabila seseorang lupa mengerjakan rukun atau wajib atau kelebihan dan kekurangan rakaat berdasarkan hadits-hadits yang menjelaskan hal ini.

Di antara hadits yang menjadi dalil akan disyariatkan sujud sahwi adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam shalat zhuhur atau ashar, beliau salam di rakaat kedua kemudian beranjak bersandar di salah satu bagian kiblat masjid sementara para jamaah telah keluar, maka salah satu shahabat yang dijuluki dzul yadain (pemilik dua tangan), berdiri kemudian berbicara kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengqashar shalat atau engkau lupa mengerjakan rakaat berikutnya? Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat ke kanan dan ke kiri dan bertanya: “Apakah benar apa yang diucapkan Dzul Yadain? Mereka mengatakan benar: “Dia benar, anda tidaklah shalat tadi melainkan hanya dua rakaat. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan shalatnya dua rakaat kemudian salam kemudian bertakbir dan sujud kemudian bertakbir dan bangkit. (HR. Al-Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)

Dan masih banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang kaifiyat sujud sahwi yang mana pembaca dapat merujuk ke Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ibnu Majah.

Apa hukum sujud sahwi?

Madzhab Syafi’iyyah berpendapat bahwa sujud sahwi hukumnya mustahab (dianjurkan), adapun madzhab Hanafiyyah, Malikiyyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa sujud sahwi hukumnya wajib. Pendapat terakhir ini dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan ini yang rajih. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di kitab Majmu’ Al-Fatawa (26/23) : “Adapun kewajiban sujud sahwi, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan untuk mengerjakannya berdasarkan hadits Abu Hurairah yang tercantum tentang posisi ragu-ragu, maka beliau bersabda: “



إذا قام أحدكم يصلي, جاءه الشيطان, فلبس عليه صلاته حتى لا يدري كم صلى, فإذا وإذا وجد أحدكم ذلك فليسجد سجدتين وهو جالس

“Apabila salah satu di antara kalian mendirikan shalat, kemudian datang syaithan mengganggu shalatnya sampai dia tidak tahu berapa rakaat dia shalat barusan. Apabila salah satu di antara kalian yang menemukan kejadian seperti itu, maka sujudlah dua kali dan dia dalam posisi duduk.”

Dan Syaikh menjelaskan empat hadits lain, kemudian berkata: “Maka lima hadits ini adalah hadits yang shahih. Seluruh hadits ini memerintahkan orang yang lupa dalam shalatnya untuk sujud dua kali…………dan ini mencakup kontinyunya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengerjakan sujud sahwi dan menekankan hal ini dan beliau sedikitpun tidak pernah meninggalkan sujud sahwi ketika lupa yang mengharuskannya mengerjakan sujud tersebut dan dalil-dalil ini menjelaskan secara terang akan kewajiban mengerjakannya dan ini adalah pendapat mayoritas ulama yaitu dari kalangan madzhab Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Abu Hanifah……” [1]

Apa sebab-sebab mengharuskan seseorang sujud sahwi dan bagaimana tata caranya?

Sebab pertama, karena kekurangan.

Apabila terjadi kekurangan dalam shalat seseorang karena lupa atau lalai, maka kekurangan tidak terlepas dari hal-hal berikut ini : yaitu kekurangan dalam rukun, atau wajib dalam shalat, atau hal yang dianjurkan dalam shalat.

Bagaimana solusi atas hal ini?

Solusi pertama, jika dia lupa mengerjakan rukun shalat.


Contoh : seseorang yang sedang shalat zhuhur lupa mengerjakan salah satu rukun shalat yaitu duduk di antara dua sujud di rakaat kedua, jika dia ingat bahwa dia belum duduk di antara dua sujud sebelum membaca Al-Fatihah di rakaat ketiga maka dia harus balik ke duduk di antara dua sujud yang lupa kemudian melanjutkan gerakan dan bacaan shalat berikutnya setelah duduk di antara dua sujud dan sujud sahwi sebelum atau setelah salam. Jika dia ingat bahwa dia lupa duduk di antara dua sujud ketika dia membaca Al-Fatihah di rakaat ketiga, maka dia batalkan rakaat sebelumnya yang mana di rakaat tersebut, dia lupa duduk di natara dua sujud, yaitu rakaat kedua kemudian menjadikan rakaatnya sekarang rakaat kedua dan sujud sahwi sebelum atau setelah salam. Cara ini juga berlaku jika dia lupa rukun shalat yang lain.

Solusi kedua, jika dia lupa mengerjakan wajib shalat.

Contoh : seseorang yang sedang shalat lupa membaca doa di antara dua sujud di rakaat pertama dan ini hukumnya wajib. Jika dia ingat bahwa dia belum membaca doa di antara dua sujud sebelum berpisah dengan posisi dia membaca doa duduk di antara dua sujud yaitu duduk di antara dua sujud atau sebelum sampai rukun selanjutnya yaitu sujud, maka dia wajib balik ke duduk di antara dua sujud dan membaca doa sujud kemudian melanjutkan setelah itu sampai salam. Jika dia ingat bahwa dia belum membaca doa di antara dua sujud setelah berpisah dari posisi doa duduk di antara sujud atau sudah berada rukun berikutnya, maka dia lanjutkan shalatnya kemudian dia sujud sahwi sebelum salam atau setelah salam.

Solusi ketiga, jika dia lupa mengerjakan hal yang dianjurkan dalam shalat.

Contoh : dia lupa membaca basmalah sebelum membaca surat, maka dia lanjutkan shalatnya dan dianjurkan bagi dia untuk sujud sahwi sebelum atau setelah salam. Ingat!!! Ini hukumnya sunnah, jadi tidak masalah tidak dikerjakan sujud sahwi.

Solusi keempat, jika dia lupa jumlah jumlah rakaat, contoh : seseorang yang sudah shalat Zhuhur menyadari bahwa dia barusan shalat tiga rakaat, maka dia harus menambah satu rakaat lagi sehingga menjadi empat rakaat dan sujud sahwi sebelum atau sesudah salam sebagaimana dalam hadits Dzul Yadain di atas.

Sebab kedua, karena kelebihan.

Contoh : apabila seseorang shalat zhuhur dan ternyata dia ingat bahwa dia di rakaat kelima dan dia tidak menyadari hal itu sebelumnya (bisa dikatakan lupa), maka dia harus langsung duduk tasyahud akhir kemudian sujud sahwi sebelum atau sesudah salam. Jika dia menyadari bahwa dia shalat dzuhur lima rakaat setelah salam, dan dia tidak menyadari hal itu sebelumnya, maka dia harus turun sujud sahwi.
Sebab ketiga, karena ragu-ragu


Contoh: Apabila seseorang dalam shalatnya merasa ragu-ragu apakah di rakaat ketiga atau di rakaat kedua umpamanya, maka dia harus berusaha berpikir, jika setelah berpikir, dia yakin berada di rakaat kedua, maka lanjutkan shalatnya dan sujud sahwi sebelum atau sesudah salam. Jika setelah, berpikir, dia belum menemukan mana yang benar, maka dia mengambil rakaat yang paling terkecil yaitu rakaat kedua kemudian melanjutkan shalatnya dan sujud sahwi sebelum atau sesudah shalat.

Ini berdasarkan hadits Abu Said dan hadits Abdurrahman bin Auf : “Bahwasannya aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apabila salah satu di antara kalian lupa dalam shalatnya sementara dia bimbang apakah dia di rakaat kesatu atau di rakaat kedua, maka dia bangun atas rakaat kesatu, jika dia bimbang antara rakaat kedua atau rakaat ketiga, maka dia membangun di atas rakaat kedua, jika dia bimbang antara rakaat ketiga atau rakaat keempat, maka dia memilih rakaat ketiga dan sujud dua kali sebelum salam”. [2] [3]

Dimana posisi disyariatkan sujud sahwi?

Terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang dimana seseorang melakukan sujud sahwi, apakah sebelum atau sesudah salam berdasarkan hadits-hadits yang menjelaskan tentang pembahasan ini. Dan yang rajih adalah seseorang boleh memilih posisi sujud sahwi sekehendak hatinya, sebelum salam atau setelah salam. [4]

Demikianlah pembahasan ini. Wallahu a’lam bish-shawab.

Ditulis oleh Muhdarul Islami bin Syamsul Az-Zarnuji.

Maraji’ (Referensi) :

  1. Shahih Fiqhus Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhihu Madzahib Al-Aimmah. Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim. Cairo: Al-Maktabah At-Taufiqiyyah.
  2. Al-Fiqhul Muyassar fii Dhauil Kitab was Sunnah. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani.
  3. Al-Qaulul Mubin fii Akhtail Mushallin. Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman. 1437 H/2016 M. Cairo: Dar Ibni ‘Affan dan Riyadh: Dar Ibnil Qayyim.
Footnote :

[1] Al-Qaulul Mubin fii Akhthail Mushallin, Masyhur Hasan Salman, hal. 145.
[2] HR. At-Tirmidzi (397), Ibnu Majah (1209), Al-Hakim (1/325), dan Al-Baihaqi. Di dalam sanadnya terdapat ‘an’anah Ibnu Ishaq dan dia adalah mudallis.
[3] dinukil dari kitab Shahih Fiqhus Sunnah, Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim (1/461-463).
[4] Al-Fiqhul Muyassar, Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, hlm. 452.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar