Minggu, 25 Desember 2016

Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat


Saudaraku, kita hidup di dunia ini memiliki tujuan, sebagaimana seseorang melakukan sesuatu, pasti dia punya tujuan kenapa dia melakukannya, sama hal dengan kita, kita punya tujuan, setiap manusia punya tujuan, tetapi, apa tujuan hakiki kita hidup di dunia ini?Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan manusia agar mereka beribadah kepadaNya, jadi hakikatnya kita hidup di dunia tujuannya hanya satu: beribadah dengan cara melakukan amalan shalih dan ketakwaan, Allah Ta’ala telah berfirman:

وما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat:)

Agar hamba dapat merealisasikan keinginan Allah di atas, maka Allah Tabaraka wa Ta’ala- dengan kemurahanNya-memberikan kepada hambaNya sebuah ladang, sebagaimana petani yang menginginkan beras, maka tidak mungkin baginya untuk mempunyainya kecuali dia harus punya ladang agar dapat dicocok tanam apa yang diinginkan. Sama halnya dengan hamba, dia tidak mungkin meraih buah keberhasilan-yaitu surga-kecuali harus beramal shalih, tentunya harus mempunyai ladang supaya dia dapat beramal shalih di situ dan dapat meraih buahnya (meraih surga),maka Allah kasih kepadanya ladang, ladangnya adalah dunia ini.Seyogyanya, seorang muslim harus tahu apa tujuan hakiki dia hidup di dunia, bukan dalam rangka mengejar dunia yang tidak habis-habisnya. Memang di dunia ini, kita harus bekerja, mencari makan untuk istri dan keluarga, dan itu harus dilakukan agar kita dapat hidup enak sehingga berdampak pada kekhusyuan ibadah kita kepada sang Pencipta disebabkan kita tidak galau mikir makanan yang mana kalau kita lapar, ibadah kepada Allah jadinya tidak tenang. Yang perlu menjadi catatan tersendiri, bahwasannya sebagian manusia senantiasa tergerus terhadap urusan dunia yang imbasnya mereka tidak pernah menyempatkan sedikitpun untuk bersujud kepada Allah, maka dari itulah kita tetap bekerja, tetapi di sisi lain, kita harus menyempatkan diri berzikir kepada Allah, di manapun berada, baik di kantor, di rumah atau lain-lain, ketika adzan berkumandang, penuhilah panggilanNya, tinggalkan pekerjaan sementara waktu, sempatkan diri untuk melaksanakan kewajiban yang telah Allah tetapkan. Sungguh ironis, saya melihat sendiri di sebagian besar negeri Islam tanpa terkecuali negeri ini, yang mana, orang-orang lebih mementingkan pekerjaan daripada ibadah, ketika adzan kerkumandang, bukannya mereka pergi menghadap Allah (shalat) tapi masih sibuk nongol di laptop,masih sibuk ngerjain tugas, mereka lebih menuruti bos mereka daripada Sang Pencipta. Mereka rajin menyetor tugas mereka ke bos, tapi, setoran kewajiban kepada Ilahi nol, tidak ada. Padahal gaji di dunia toh juga musnah, tapi gaji akhirat itu kekal, yaitu surga. Sebagian manusia terus-menerus berkepentingan dengan dunia, padahal, semakin umur mereka bertambah, semakin dekat pula dengan pintu kematian, sementara sebagian manusia tidak sadar, mereka meremehkan umur, sebagian mereka bilang” saya akan beramal di waktu tua”, sementara mereka tidak tahu kapan ajal menjemput mereka. Seandainya dia meninggal di usia muda, padahal telah berniat beramal shalih di usia senja, tapi belum kesampaian, apa kata akhirat?

Oleh karena itu, kita harus mempunyai bekal, bekal untuk perjalanan yang panjang, di mulai dari di pertanyakan dua malaikat di kuburan,kemudian dibangkitkan, ditampakan amalan baik dan buruk, ditimbang amalannya, belum lagi melewati shirath yang hanya bisa dilalui orang-orang yang beriman. Itupun kalau berhasil, kemudian masuklah tempat kebahagian yang abadi. Jika kita menginginkan itu, maka kita harus menyiapkan bekal mulai sekarang, sebagaimana musafir harus mempunyai bekal agar perjalanannya tenang dan dapat sampai ke tempat tujuan, sama halnya dengan kita, kita harus menyiapkan bekal, apa itu? Bekalnya adalah amalan shalih dan ketaqwaan, agar perjalanan panjang kita ke akhirat dapat kita lewati dengan baik dan dapat masuk surga Allah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai indah, bangunan yang megah dengan mozaik-mozaik yang memikat hati.

فتزودوا فان خير زاد التقوى

“Berbekalah, karena sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan.”

Kesimpulan dari jawaban di atas adalah:

1.      Tujuan manusia diciptakan oleh Allah pada hakikatnya hanya satu yaitu beribadah kepadaNya

2.      Agar para hamba Allah dapat merealisasikan tujuan hakiki hidup mereka, maka Allah Ta’ala memberikan ladang kepada mereka, yaitu permukaan bumi

3.      Bukan berarti seorang hamba Allah tidak bekerja disebabkan bukan tujuannya hidup di sini, tetap bekerja agar dapat menafkahi keluarga sehingga tidak menyebabkan dia dan mereka kelaparan mengakibatkan mereka tidak khusyuk beribadah kepada sang Khaliq.

4.      Sekalipun bekerja, tetap ingat Allah Ta’ala, perbanyak sujud kepadaNya, karena kita hidup di dunia sementara.

5.      Berbekalah, karena sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan dan amal shalih. Dan janji Allah benar bagi siapa saja yang bertaqwa kepadaNya.

Wallahu 'A'lam

by Muhdar_Azzarnuji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar