v Mencatat Faedah-faedah Yang Didapat Sehabis Mengkaji Kitab
Dianjurkan bagi penuntut ilmu sehabis mengkaji
kitab baik mengkaji bersama guru maupun mempelajari sendiri supaya mencatat
poin-poin penting, fawaid (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits, dan
perkataan para sahabat dan ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan
yang disampaikan dalam kitab yang dikaji. Tujuannya agar ilmu yang didapat
sehabis kajian kitab tidak hilang dan terus tertancap di dalam ingatannya
setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Karena daya tangkap dan kemampuan
menghafal dan memahami pelajaran berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Selain itu, dengan mencatat pelajaran, ia dapat memahami dan menghafalkannya.
Adanya catatan atau alat tulis serta buku tulis
merupakan bekal seorang penuntut ilmu untuk memperoleh ilmu sebagaimana hal itu
telah diisyaratkan oleh Imam Syafii rahimahullah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
قيدوا العلم بالكتاب
“Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ibnu Abdil
Barr dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/306)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah
berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Riwayat
Ibnu Abdil Barr, 1/316)
Khalid bin Khidasy Al-Baghdadi berkata, “Aku
hendak berpisah dengan Malik bin Anas rahimahullah, lalu kukatakan, “Wahai Abu
Abdillah, berikanlah wasiat kepadaku,” beliau menjawab, “Hendaknya engkau bertaqwa
kepada Allah dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, menasehati setiap
muslim, dan mencatat ilmu dari ahlinya.” (Ibid, 1/244/255)
(Dinukil dari buku Adab & Akhlak
Penuntut Ilmu, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 40-41 dengan perubahan seperlunya)
Imam Sya’bi rahimahullah berkata,
“Apabila engkau mendengar suatu faedah, maka tulislah sekalipun di tembok.”
(Riwayat Ibnu Abi Khutsaimah dalam Kitabul ‘Ilmi hal. 58, dinukil dari
buku Mendulang Faedah Dari Lautan Ilmu, Abu Ubaidah As-Sidawi, hal. 11)
Berkata Imam An-Nawawi rahimahullah,
“Janganlah meremehkan faedah yang dilihat atau didengar di semua cabang ilmu
bahkan segera mengalihkan ke tulisan kemudian ulangi dengan penuh muthala’ah
(perhatian) apa yang telah ditulis.” (Al-Majmu’, 1/70)
Imam Syafi’I rahimahullah bertutur:
Ilmu adalah buruan dan tulisan
adalah ikatannya
Ikatlah
buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau
memburu kijang
Setelah itu
kamu tinggalkan terlepas begitu saja
v Mengamalkan Ilmu Yang Telah Dikaji di Kitab
Hal ini sangat penting, why? Karena ilmu yang kita kaji di kitab
bukan sekedar teori, melainkan untuk diamalkan. Apalagi di kitab tersebut
disampaikan di dalam ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Maka kewajiban kita sebagai penuntut ilmu adalah
mengamalkannya. Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah,
“Mengamalkan ilmu maksudnya adalah mengamalkan apa yang meliputi pengetahuan
dari keimanan kepada Allah, melaksanakan ketaatan kepadaNya, melaksanakan
perintahNya, menjauhi laranganNya dari ibadah-ibadah yang khusus maupun ibadah muta’addiah.
Maka ibadah khusus seperti shalat, puasa, haji, sedangkan ibadah muta’addiah
seperti amar ma’ruf nahi munkar, berjihad di jalan Allah, dan yang
semisal dengan itu.”
Kemudian syaikh melanjutkan, “Dan mengamalkan ilmu hakikatnya
merupakan buah dari ilmu. Barangsiapa beramal tanpa ilmu maka dia menyerupai
orang nashrani, dan barangsiapa yang berilmu dan tidak mengamalkannya, maka dia
termasuk orang Yahudi.” (Syarh Tsalatsatil Ushul, Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin, hal. 6)
v TRADISI MEMBELI KITAB
Sudah lumrah di kalangan santri untuk memiliki
kitab sebagai pendamping hidupnya dalam menempuh jalan thalabul ‘ilmi, baik itu
berupa kitab muqarrar (kurikulum) pesantren atau kitab-kitab maraji’
(referensi/bacaan). Karena itulah, untuk mendapatkan kitab, tentu kita harus
merogoh gocek dalam bukan demi dapat warisan ulama kita?
Memang tradisi membeli kitab sudah lumrah di
kalangan penuntut ilmu, bahkan ulama sekalipun masih membutuhkan kitab-kitab
sebagai maraji’ mereka. Oleh karena itu, dalam rangka membantu anda
dalam syiro’ul kutub (membeli kitab), saya akan menyajikan kepada anda
panduan membeli kitab dalam rangka supaya anda dapat membeli kitab dengan cara
yang baik dan benar-benar puas dengan kitab yang anda nikmati.
1.
Panduan
Pertama: Konsultasikan Kepada Ustadz/Kiai Tentang Kitab Yang Akan Dibeli
Jadi, sebelum anda membeli kitab, anda terlebih
dahulu berkonsultasi dengan ustadz mengenai kitab yang anda beli, Why? Karena
bisa jadi kitab yang anda beli belum tentu sesuai dengan marhalah
(level) anda saat ini, sementara tidak semua jenis kitab bisa kita miliki
tergantung marhalah kita. Perlu diketahui, bahwa dalam menuntut ilmu agama, ada
marhalah-marhalah yang harus kita lewati, yaitu dua marhalah dasar dan dua
marhalah lanjutan. Kitab-kitab pada masing-masing marhalah juga berbeda-beda
loe. Jadi hal itu harus kita perhatikan agar kita mudah dalam memahami kitab
yang kita baca sesuai dengan level kita.
2.
Panduan
Kedua: Beli Kitab Yang telah Di-tahqiq (Diteliti) dan Di-takhrij
(Diteliti Hadits-Hadits)
Dianjurkan bahkan ditekankan bagi anda yang
membeli kitab, setelah bertanya kepada ustadz, agar membeli kitab yang telah
ditahqiq dan ditakhrij, terutama kitab yang dibeli adalah kitab salaf/turats,
maka sangat ditekankan untuk membeli kitab yang telah melewati tahap tahqiq
& takhrij, why? Karena barangkali di kitab turats, ditemukan pembahasan di
suatu bab kemudian diulang di pembahasan lain. Maka inikan bertele-tele
(wajarlah namanya kitab-kitab tidak ada sempurna kecuali Al-Qur’an Al-Karim),
atau ternyata dicantumkan di dalamnya hadits dhaif (lemah) atau maudhu’
(palsu). Maka dari itulah anda harus membeli kitab turats muhaqqaq (ditahqiq).
Alhamdulillah, telah banyak kitab-kitab turats
yang telah ditahqiq oleh para ulama ternama dan para penuntut ilmu. maka tidak ada salahnya, bahkan, ditekankan bagi kita untuk membeli kitab yang telah ditahqiq/diteliti.
3.
Panduan
Ketiga: Dianjurkan bagi Penuntut Ilmu Pemula Untuk Memiliki Kitab-kitab yang di-tahdzib/talkhis
(diringkas)
Alhamdulillah, telah banyak kitab-kitab besar
bahkan berjilid-jilid yang diringkas oleh para ulama sehingga sangat pas bagi
anda yang masih pemula barangkali dalam menuntut ilmu agama dan manfaat dari
membaca kitab yang ditalkhis adalah anda dapat memahami faedah-faedah yang
disampaikan oleh penulis dengan mudah dan cepat. Mau anda memilikinya?
4.
Panduan
Keempat: Cek Isi Kitab Yang Mau Dibeli Sebelum Membeli
Bisa jadi ada halaman yang kosong, atau yang
kelompat atau hilang dan lain-lain. Jangan sampai nyampai di rumah, terus anda
buka kitab baru anda terus ternyata anda dapati kecacatan di dalamnya.
Astaghfirullah!!! Langsung anda kaget, tapi nasi sudah jadi bubur.
Naudzubillahi min dzalik.
POTRET ULAMA DALAM MEMBACA DAN MENULIS KITAB
Imam Al-Muzani rahimahullah membaca
kitab Ar-Risalah karya Imam Asy-Syafi’I rahimahullah sebanyak 50
kali. (Lihat Muqaddimah Ar-Risalah, hal. 4)
Abdullah bin Muhammad membaca kitab Al-Mughni
karya Ibnu Qudamah rahimahullah sebanyak 23 kali. (Dzail Thabaqat
Al-Hanabilah, 2/411)
Ibnul Jahm apabila ia mengantuk pada selain
waktu tidur, maka ia mengusir ngantuknya dengan membaca kitab-kitab hikmah
hingga kantuknya hilang. (Al-Hayawan, 1/53, Al-Jahizh)
Ibnu Tabban membaca kitab sepanjang malam.
Hingga ibunya pernah melarang dan menyuruhnya tidur, maka ia menyembunyikan
sebuah lampu, apabila ibunya tidur, ia menyalakan lampu dan meneruskan untuk
membaca. (Tartibul Madarik, Al-Qadhi ‘Iyadh, 1/78)
Muhammad bin Ahmad bin Qudamah rahimahullah
menulis dengan tangannya beberapa kitab yang banyak sekali. Di antaranya tafsir
Al-Baghawi, Al-Mughni, Hilyah Abu Nu’aim, Al-Ibanah
Ibnu Baththah, dan Al-Khiraqi, serta mushaf dengan jumlah yang banyak. (Dzail
Thabaqat Al-Hanabilah, 2/53)
Imam Ismail Al-Jurjani rahimahullah
menulis setiap malam 90 lembar kertas dengan tulisan yang bagus dan hati-hati.
(Siyar A’lam An-Nubala’, 13/54)
(Dinukil dari buku Mendulang Faedah Dari
Lautan Ilmu, hal. 175)
Wallahu a’lam bis-shawab.
Ditulis oleh Al-Faqir Ila Rabbihil A'laa
Abu Ubaydillah Muhdarul Islamy bin Syamsi Az-Zarnuji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar