Ada yang tahu nggak kitab induk
sejarah Islam yang dimaksud? Yap, kitab induk sejarah Islam adalah kitab
Tarikhul Umam wal Muluk atau lebih dikenal dengan Tarikh Ath-Thabari. Kitab ini
adalah kitab terpenting dalam sejarah Islam. Sering sekali penulis sejarah
mengutip berbagai peristiwa darinya. Kitab ini menjabarkan sejarah dari zaman
dimulainya penciptaan makhluk sampai sejarah pada tahun 302 H atau dalam
riwayat lain 309 H.
Siapakah penulis kitab ini dan bagaimana
biografi singkatnya?
Penulis kitab ini adalah Imam
Ath-Thabari atau memiliki nama lengkap Muhammad bin Jarir bin Yazid Abu Ja’far
Ath-Thabari. Beliau adalah ahli di bidang tafsir, hadits, sejarah, fiqih, dan
ushul. Imam mujtahid ini lahir di amal, Thabaristan, pada tahun 224 H, dan
wafat pada tahun 310 H. Di antara karyanya adalah kitab beliau ini yang kita
bahas dan Jami’ul Bayan fi Ta’wil Ayil Qur’an atau lebih terkenal dengan Tafsir
Ath-Thabari yang merupakan di antara deretan kitab-kitab tafsir rujukan para
mufassirin (ahli tafsir). Imam Adz-Dzahabi memuji beliau (Imam Ath-Thabari)
dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala (17/270) : “Seorang yang tsiqah
(terpercaya) dan hafizh (penghafal banyak hadits), rujukan dalam ilmu tafsir,
imam dalam ilmu fiqih, ijma’, dan ikhtilaf, sangat mumpuni dalam telaah sejarah
dan peristiwa-peristiwa penting umat manusia, tahu banyak tentang ilmu qira’at,
dan memiliki banyak keutamaan lainnya.”
Bagaimana biografi kitab ini?
Kitab ini menerangkan sejarah dari
zaman awal penciptaan makhluk, kemudian zaman para Nabi dan Rasul sampai pada
zaman penulis yaitu zaman kekhalifahan Abbasiyyah. Bahkan, sang penulis juga
mencantumkan kisah-kisah israiliyat yaitu kisah-kisah Bani Israil yang berasal
atau versi dari kalangan ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) seperti Nabi Samuel,
Syam’un, dan lain-lain. Kitab ini sangat penting untuk dikaji karena kitab ini
merupakan rujukan para muarrikhihin (ahli sejarah) dalam menulis sejarah dan
penjabarannya yang sangat rinci di setiap masa atau setiap tahunnya. Ahlus
Sunnah dan Ahlul Bid’ah mengutip penulisan sejarah dan berdalil dengan kitab
ini. Kenapa kitab ini merupakan rujukan berbagai kalangan?
Kitab ini merupakan rujukan primer
para ahli sejarah karena memiliki keunggulan berikut ini: (1) dekatnya zaman
penyusunnya yaitu Imam Ath-Thabari dengan peristiwa-peristiwa yang dialami
sahabat (2) Penyusun meriwayatkan semuanya dengan sanad (3) kemuliaan
penyusunnya dan tingkat keilmuannya (4) mayoritas kitab sejarah mengutip
riwayat-riwayat darinya.
Kitab Tarikh Ath-Thabari versi bahasa Arab
Jika kandungan kitab ini demikian
unggulnya, maka kita dapat langsung saja merujuk ke kitab ini ketika ingin membaca
sejarah- tanpa melihat kitab-kitab sejarah lain yang menginduk kepadanya. Akan
tetapi, sebagaimana yang telah dikatakan, bahwasannya tidak hanya Ahlus Sunnah
saja yang merujuk ke kitab ini, akan tetapi dari kalangan Ahlul Bid’ah juga
merujuk ke kitab ini yang mana mereka mengambil dari kitab ini apa-apa yang
sesuai dengan madzhab mereka. Nah, bagaimana sebaiknya menyikapi dua hal yang
berlawanan ini? Jawabannya masih terkait dengan keistimewaan kitab sejarah ini,
yakni semua peristiwa sejarah yang dinukilkan di dalamnya disertai dengan
sanad. Jadi, kalangan Ahlus Sunnah mengambil sanad Ath-Thabari yang shahih
saja, sedangkan ahlul bid’ah mengambil semua riwayat baik yang shahih, yang
baik, maupun yang buruk, yang penting sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Kalau begitu, semestinya kita
berkenalan dengan metode yang dipakai oleh Imam Ath-Thabari dalam menyusun
Tarikh-nya tersebut.
Bagaimana metode penulisan sejarah
oleh Imam Ath-Thabari dalam kitabnya ini?
(1) Penulisan sejarah dalam kitab ini
menggunakan metode pertahun. Kemungkinan besar tersebut diturunkan dari
pendahulunya, Khalifah bin Khiyat yang notabene juga menyusun peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masa lalu berdasarkan urutan waktunya yaitu dari tahun ke tahun, dimulai dari diutusnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai pada tahun 302 H.
(2) Mencantumkan nama para periwayat
pada setiap isnadnya: Pencantuman sanad ini memiliki nilaf sangat positif
karena para peneliti atau kritikus yang terlahir jauh setelah itu dengan mudah
memeriksa semua riwayat yang dicantumkan oleh Ath-Thabari, baik dari dalam
maupun dari luar. Dengan kata lain seperti yang diistilahkan oleh
ulama hadits dan juga digunakan oleh para ahli sejarah kontemporer: yaitu
memeriksa sanad dan matannya.
(3) Sumber yang berlimpah dan referensi
yang bermacam ragam bentuknya: Seseorang yang baru mempelajari periwayatan
Ath-Thabari akan merasa sedikit bingung dengan banyaknya jalur yang dicantumkan
oleh Ath-Thabari untuk mencapai peristiwa yang sebenarnya terjadi secara
mendetail.
(4) Dikarenakan Ath-Thabari menyusun
peristiwa-peristiwa sejarah dalam kitabnya berdasarkan pertahun, maka secara
otomatis para khalifah yang memerintah selama dua decade seperti Mu’awiyah bin
Abi Sufyan dan Hisyam bin Abdul Malik akan lebih banyak dikupas perjalanan
hidupnya dibandingkan dengan khalifah yang memegang pemerintah dalam waktu
singkat. Ath-Thabari benar-benar gamblang menguraikan kedua tokoh/khalifah
tersebut.
(5) Ath-Thabari mampu menghimpun
syair dan karya sastra peradaban bangsa Arab untuk menambah dan memperkuat
dalil-dalil riwayat yang dicantumkannya. Kitab Tarikh Ath-Thabari yang inti
pembahasannya adalah sejarah ini sekaligus dapat dianggap sebagai dokumen
ratusan bait syair yang dilantunkan oleh penyair-penyair ternama dahulu.
(6) Menceritakan sejarah terkait bangsa Romawi dan Persia:
Ath-Thabari sejatinya telah menjaga sejarah kedua bangsa tersebut dan
pengetahuannya mengenai sejarah kedua bangsa tersebut bagaikan senjata terakhir
yang dipakai di gudang peluru mereka. Pasalnya Ath-Thabari adalah seorang
periwayat yang dapat dipercaya untuk menyampaikan pengetahuan dimilikinya,
termasuk sejarah Romawi dan Persia.
Ada yang menarik untuk dibahas di
resensi kitab ini. Mau tahu? lihat pembahasan berikutnya>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar