Saudaraku, Pernahkah anda membayangkan diri anda menjadi bintang papan atas? Bagaimana perasaan anda ketika nama anda masyhur di tengah-tengah masyarakat? Pasti anda membayangkan jika anda menjadi bintang papan atas, anda akan disanjung-sanjung, dipuja-puja, dikelubungi setiap hari oleh para fans, belum lagi harus menyelesaikan ribuan permintaan tanda tangan dari mereka.
Mengharap menjadi bintang di dunia ini sebenarnya
tidak ada apa-apanya, bahkan menjadi orang ternama pada hakikatnya merupakan
cita-cita yang buruk karena seseorang yang namanya melambung tidak dapat lepas
dari sifat ujub, bangga, tinggi hati, dan lain-lain. Maka jangan pernah anda
berharap menjadi artis, selebriti, model, dan profesi dunia lainnya yang dapat melambungkan
nama anda. Sungguh cita-cita itu adalah cita-cita yang nista dan tidak memiliki
arti apa-apa.
Saudaraku, janganlah anda ingin menjadi bintang
dunia, tapi jadilah bintang di langit, bintang di akhirat, yang mana yang
memuji-muji kita adalah Allah dan para malaikatnya, bahkan para malaikat
memintakan ampun kepada Allah untuk kita, sementara doa mereka mustajab banget.
Terus, bagaimana caranya supaya nama kita melambung
di langit?
Saudaraku, ternyata, cara meraih kedudukan di langit
cukup simple, namun banyak yang menjauhinya, Barakahnya luar biasa, namun
sedikit yang menghadirinya, yang disampaikan ayat-ayat Allah dan
mutiara-mutiara perkataan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun
sedikit yang ingin mendengarkan dan mentadabburinya. Sungguh menyedihkan.
Inilah yang menjadikan nama kita melambung di
langit, dipuji oleh Allah dan para malaikat. Allah sendiri bangga menyebut
nama-nama hamba-Nya di hadapan para malaikat, bahkan tidak hanya di langit, di
dunia pun, seluruh makhluk mendoakan mereka, apa itu?
“Hudhuru majalisal ‘Ilmi”
menghadiri majelis-majelis ilmu.
Allahu Akbar, sekiranya saudara-saudara membaca
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini, bakalan antum saling
balapan menuju majelis ilmu.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah di antara rumah-rumah
Allah, mereka membaca kitabullah, dan mereka mengkajinya melainkan diturunkan
kepada mereka ketenangan, dihamparkan kepada mereka rahmat, para malaikat
membentangkan sayapnya di atas mereka, dan Allah menyebut nama-nama mereka di
hadapan para malaikat.” (HR. Muslim)
Masya Allah, sudah diberi ketenangan dan rahmat,
sayap malaikat dibentangkan untuk mereka, plus tenar lagi nama-nama mereka di
langit. Siapa yang mau?
Saudaraku, sungguh ironis, kita melihat
majelis-majelis ilmu agama tidak lagi diperhatikan, terkesan di sebagian
masyarakat dan para remaja tidak level. Mereka justru memilih menghadiri
konser-konser musik yang penuh maksiat dibandingkan majelis ilmu yang penuh
berkah. Mereka lebih hanyut dalam kehidupan dunia mereka dibandingkan hanyut
dalam mengkaji Al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
di majelis ilmu.
Padahal, ilmu agama merupakan ilmu yang paling mulia
yang mana dengannya, Allah Ta’ala menaikkan derajat para ahlinya dalam
firman-Nya : “Allah menaikkan derajat orang-orang yang beriman di antara
kalian dan orang-orang yang mempelajari agama derajat-derajat.”
Sebuah kisah membuktikan kepada kita tentang
ketinggian derajat ahlul ilmi. Dikisahkan dalam riwayat Imam Ahmad rahimahullah
dalam musnadnya (1/ 35), bahwa Nafi’bin Abdul Harits bertemu dengan Umar bin
Al-Khattab di kota ‘Asfan dan Umar memercayakannya untuk meminpin kota Makkah,
maka Umar berkata kepadanya : “Siapakah yang engkau gantikan untuk meminpin
penduduk lembah (Makkah)? Maka Nafi’ menjawab: “Aku percayakan/gantikan untuk
memimpin kota Makkah kepada Ibnu Abza. Siapa Ibnu Abza? Umar bertanya
kepadanya. Nafi’ menjawab: “Beliau di antara budak kami.” Lantas Umar kaget,
“Engkau percayakan kepada budak? Kemudian Nafi’ memberikan alasan atas apa yang
beliau pilih, “Sesungguhnya beliau ahli Al-Qur’an, mengilmui ilmu faraidh (ilmu
waris), dan beliau adalah qadhi (hakim). Maka Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam sesungguhnya
beliau bersabda:
الله يرفع بهذا الكتاب أقواما
ويضع به آخرينإن
“Sesungguhnya Allah
menaikkan derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an dan merendahkan yang
merendahkannya dengannya.” (Dinukil dari Tafsir Al-Qur’an
Al-Azhim, Ibnu Katsir Ad-Dimasqi, jilid 8, hlm, 49)
Maka dari itulah, jangan sekali-kali kita meremehkan
ilmu agama, karena dengan ilmu agama, kita dapat mengetahui mana itu halal,
mana itu haram, mana itu boleh, mana itu dilarang, mana itu sunnah, mana itu
bid’ah sehingga kita mendapatkan ketentraman dalam menjalani kehidupan ini. Dan
dengan ilmu agama pula, kita dapat beribadah kepada Allah dengan benar, sesuai
dengan apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tuntunkan.
Wahai saudaraku, marilah kita bergiat dalam menuntut
ilmu agama, hadirilah majelis-majelis ilmu agama, kajian-kajian para ustadz,
yang mana diajarkan di dalamnya Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sesuai dengan pemahaman salaful ummah. Wallahu a’lam.
Ditulis oleh Abu Ubaydillah Muhdarul Islamy bin
Syamsi Az-Zarnuji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar