Realita Walimah Abad Ini



Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita banyak sekali kenikmatan yang sekiranya kita mau menghitung nikmat-nikmatNya, niscaya kita tidak mampu menghitungnya. Semoga Allah Jalla Jalaluhu memberikan pertolongan kepada kita agar kita mampu mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita karena pada saat ini, banyak di antara manusia yang tidak pandai bersyukur. Bahkan, ini merupakan di antara program Iblis agar bagaimana manusia tidak bersyukur kepada Allah tatkala iblis diusir dari surga dan divonis sebagai penduduk neraka kemudian meminta penangguhan umurnya kepada Allah sampai hari kiamat.

Salah satu permintaan Iblis adalah agar tidak dimatikan sampai hari kiamat dan konsekuensi yang harus iblis laksanakan adalah menggoda manusia-manusia sampai ada yang menjadi pengikut dan temannya di neraka dan dia telah mengutarakan hal tersebut kepada Allah Ta’ala,

ولا تجدهم أكثرهم شاكرين

“Dan Engkau tidak menemukan sebagian besar mereka sebagai orang-orang yang bersyukur.”

Dan juga Allah Ta’ala telah berfirman,

وقليل من عبادي الشكور

“Dan sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur.”

Sekarang ini, atau di musim kawin, kita saksikan walimah bertebaran dimana-mana dan kebanyakan walimah-walimah tersebut jauh dari bentuk syukur hakiki kepada Allah dan kita lihat sebagian walimah menghabiskan dana ratusan juta tapi ternyata Allah murka kepadanya karena dalam walimah yang diadakan, disitu banyak ditemukan jenis-jenis kemaksiatan yang dilakukan. Salah satunya adalah masalah makanan yang dibuang-buang, bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

شر الطعام طعام الوليمة يدعى لها الأغنياء ويترك الفقراء

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah, yang diundang itu orang-orang kaya, sedangkan orang-orang miskin ditinggalkan.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Malik, dan Ad-Darimi)

Kita lihat saat ini, pasangan suami istri yang walimahan mengundang orang-orang yang mampu yang padahal sudah nggak butuh pada makanan tersebut sebenarnya, bahkan mereka sudah biasa makan makanan yang enak tersebut dan mereka sudah tidak tertarik lagi kepada makanan walimahan seperti sate, gule, kambing guling, panggang, dan lain-lain. Maka kita harus melihat dengan mata kepala kita sendiri bahwa kenyataannya, orang-orang yang perekonomian tingkat bawah, terus untuk mencari sesuap nasi untuk dirinya dan keluarganya butuh pengorbanan, merekalah yang sebenarnya butuh makan makanan enak tersebut, bahkan yang menjadikan hati teriris-iris adalah tatkala mereka melihat makanan-makanan terhidang dengan menggugah di hidangan walimah sementara mereka memegang perut seraya berharap dikasih sedang mereka bukan tamu undangan. Seharusnya mereka yang lebih berhak untuk kita undang untuk menghadiri walimah kita seraya menyantap makanan yang diidam-idamkan.

Padahal, sekiranya kita benar-benar mengharap keberkahan, kalau kita benar-benar mensyukuri nikmat-nikmat Allah Ta’ala, kita panggil orang-orang miskin, tetangga-tetangga kita yang kurang mampu, yang mana mereka telah membanting tulang demi kesejahteraan mereka, kalau sekiranya kita undang mereka, subhanallah, niscaya doa mereka untuk kita tidak habis-habis, dihidangkan kepada mereka gulai, kambing guling, panggang, daging sapi, dan makanan-makanan enak lainnya, yang mana mungkin mereka belum tentu dapat makan daging setahun. Kok yang seperti ini malah tidak diundang. Jadi buruk makanan tersebut. bukankah kita ingin didoakan dan makanan kita berkah? Coba kita lihat kalau orang miskin yang kita undang ke walimahan kita, biasanya makanan yang mereka santapi dilahap sampai piring jadi kinclung, bahkan dia mau bantu kita cuci piring-piring hidangan. Tapi coba kita tengok orang-orang kaya, sehabis makan, piring ditaruh dibawah (meskipun nggak masalah), daging dan nasi diambil secuil (majas, maksudnya sedikit), sedangkan sisanya ditinggal, karena sudah biasa menikmati makanan-makanan tersebut. maka tolonglah bagi yang mau walimah, jangan lupa yang miskin diundang khususnya tetangga kita yang di pinggir jalan, yang menjadi tukang sampah, pemulung, minimal kita undang tetangga kita yang kurang mampu.

Teringat suatu kisah tentang Al-Laits bin Sa’ad rahimahullah, dia tidak pernah makan siang dan malam kecuali bersama orang lain. Jadi ketika bertemu dengan orang, maka diajak orang tersebut untuk makan bersama di rumahnya dan tentunya yang diberi makan dianjurkan untuk mendoakan kebaikan untuk orang yang telah memberinya makan. Semoga Allah mengabulkan doa orang tersebut.

Insya Allah, kita berusaha menjadi lebih baik lagi.

(Diadaptasi dari video ceramah singkat Al-Ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah hafizhahullah berjudul “Walimah” dari YufidTV oleh Al-Akh Muhdar Islamy Zarnuji dengan perubahan dan penambahan seperlunya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar