Senin, 26 Desember 2016

Realita Walimah Abad Ini


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita banyak sekali kenikmatan yang sekiranya kita mau menghitung nikmat-nikmatNya, niscaya kita tidak mampu menghitungnya. Semoga Allah Jalla Jalaluhu memberikan pertolongan kepada kita agar kita mampu mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita karena pada saat ini, banyak di antara manusia yang tidak pandai bersyukur. Bahkan, ini merupakan di antara program Iblis agar bagaimana manusia tidak bersyukur kepada Allah tatkala iblis diusir dari surga dan divonis sebagai penduduk neraka kemudian meminta penangguhan umurnya kepada Allah sampai hari kiamat.


Salah satu permintaan Iblis adalah agar tidak dimatikan sampai hari kiamat dan konsekuensi yang harus iblis laksanakan adalah menggoda manusia-manusia sampai ada yang menjadi pengikut dan temannya di neraka dan dia telah mengutarakan hal tersebut kepada Allah Ta’ala,

ولا تجدهم أكثرهم شاكرين

“Dan Engkau tidak menemukan sebagian besar mereka sebagai orang-orang yang bersyukur.”

Dan juga Allah Ta’ala telah berfirman,

وقليل من عبادي الشكور

“Dan sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur.”

Sekarang ini, atau di musim kawin, kita saksikan walimah bertebaran dimana-mana dan kebanyakan walimah-walimah tersebut jauh dari bentuk syukur hakiki kepada Allah dan kita lihat sebagian walimah menghabiskan dana ratusan juta tapi ternyata Allah murka kepadanya karena dalam walimah yang diadakan, disitu banyak ditemukan jenis-jenis kemaksiatan yang dilakukan. Salah satunya adalah masalah makanan yang dibuang-buang, bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

شر الطعام طعام الوليمة يدعى لها الأغنياء ويترك الفقراء

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah, yang diundang itu orang-orang kaya, sedangkan orang-orang miskin ditinggalkan.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Malik, dan Ad-Darimi)

Kita lihat saat ini, pasangan suami istri yang walimahan mengundang orang-orang yang mampu yang padahal sudah nggak butuh pada makanan tersebut sebenarnya, bahkan mereka sudah biasa makan makanan yang enak tersebut dan mereka sudah tidak tertarik lagi kepada makanan walimahan seperti sate, gule, kambing guling, panggang, dan lain-lain. Maka kita harus melihat dengan mata kepala kita sendiri bahwa kenyataannya, orang-orang yang perekonomian tingkat bawah, terus untuk mencari sesuap nasi untuk dirinya dan keluarganya butuh pengorbanan, merekalah yang sebenarnya butuh makan makanan enak tersebut, bahkan yang menjadikan hati teriris-iris adalah tatkala mereka melihat makanan-makanan terhidang dengan menggugah di hidangan walimah sementara mereka memegang perut seraya berharap dikasih sedang mereka bukan tamu undangan. Seharusnya mereka yang lebih berhak untuk kita undang untuk menghadiri walimah kita seraya menyantap makanan yang diidam-idamkan.

Padahal, sekiranya kita benar-benar mengharap keberkahan, kalau kita benar-benar mensyukuri nikmat-nikmat Allah Ta’ala, kita panggil orang-orang miskin, tetangga-tetangga kita yang kurang mampu, yang mana mereka telah membanting tulang demi kesejahteraan mereka, kalau sekiranya kita undang mereka, subhanallah, niscaya doa mereka untuk kita tidak habis-habis, dihidangkan kepada mereka gulai, kambing guling, panggang, daging sapi, dan makanan-makanan enak lainnya, yang mana mungkin mereka belum tentu dapat makan daging setahun. Kok yang seperti ini malah tidak diundang. Jadi buruk makanan tersebut. bukankah kita ingin didoakan dan makanan kita berkah? Coba kita lihat kalau orang miskin yang kita undang ke walimahan kita, biasanya makanan yang mereka santapi dilahap sampai piring jadi kinclung, bahkan dia mau bantu kita cuci piring-piring hidangan. Tapi coba kita tengok orang-orang kaya, sehabis makan, piring ditaruh dibawah (meskipun nggak masalah), daging dan nasi diambil secuil (majas, maksudnya sedikit), sedangkan sisanya ditinggal, karena sudah biasa menikmati makanan-makanan tersebut. maka tolonglah bagi yang mau walimah, jangan lupa yang miskin diundang khususnya tetangga kita yang di pinggir jalan, yang menjadi tukang sampah, pemulung, minimal kita undang tetangga kita yang kurang mampu.

Teringat suatu kisah tentang Al-Laits bin Sa’ad rahimahullah, dia tidak pernah makan siang dan malam kecuali bersama orang lain. Jadi ketika bertemu dengan orang, maka diajak orang tersebut untuk makan bersama di rumahnya dan tentunya yang diberi makan dianjurkan untuk mendoakan kebaikan untuk orang yang telah memberinya makan. Semoga Allah mengabulkan doa orang tersebut.

Insya Allah, kita berusaha menjadi lebih baik lagi.


(Diadaptasi dari video ceramah singkat Al-Ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah hafizhahullah berjudul “Walimah” dari YufidTV oleh Al-Akh Muhdar Islamy Zarnuji dengan perubahan dan penambahan seperlunya)

Minggu, 25 Desember 2016

Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat


Saudaraku, kita hidup di dunia ini memiliki tujuan, sebagaimana seseorang melakukan sesuatu, pasti dia punya tujuan kenapa dia melakukannya, sama hal dengan kita, kita punya tujuan, setiap manusia punya tujuan, tetapi, apa tujuan hakiki kita hidup di dunia ini?Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan manusia agar mereka beribadah kepadaNya, jadi hakikatnya kita hidup di dunia tujuannya hanya satu: beribadah dengan cara melakukan amalan shalih dan ketakwaan, Allah Ta’ala telah berfirman:

وما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat:)

Agar hamba dapat merealisasikan keinginan Allah di atas, maka Allah Tabaraka wa Ta’ala- dengan kemurahanNya-memberikan kepada hambaNya sebuah ladang, sebagaimana petani yang menginginkan beras, maka tidak mungkin baginya untuk mempunyainya kecuali dia harus punya ladang agar dapat dicocok tanam apa yang diinginkan. Sama halnya dengan hamba, dia tidak mungkin meraih buah keberhasilan-yaitu surga-kecuali harus beramal shalih, tentunya harus mempunyai ladang supaya dia dapat beramal shalih di situ dan dapat meraih buahnya (meraih surga),maka Allah kasih kepadanya ladang, ladangnya adalah dunia ini.Seyogyanya, seorang muslim harus tahu apa tujuan hakiki dia hidup di dunia, bukan dalam rangka mengejar dunia yang tidak habis-habisnya. Memang di dunia ini, kita harus bekerja, mencari makan untuk istri dan keluarga, dan itu harus dilakukan agar kita dapat hidup enak sehingga berdampak pada kekhusyuan ibadah kita kepada sang Pencipta disebabkan kita tidak galau mikir makanan yang mana kalau kita lapar, ibadah kepada Allah jadinya tidak tenang. Yang perlu menjadi catatan tersendiri, bahwasannya sebagian manusia senantiasa tergerus terhadap urusan dunia yang imbasnya mereka tidak pernah menyempatkan sedikitpun untuk bersujud kepada Allah, maka dari itulah kita tetap bekerja, tetapi di sisi lain, kita harus menyempatkan diri berzikir kepada Allah, di manapun berada, baik di kantor, di rumah atau lain-lain, ketika adzan berkumandang, penuhilah panggilanNya, tinggalkan pekerjaan sementara waktu, sempatkan diri untuk melaksanakan kewajiban yang telah Allah tetapkan. Sungguh ironis, saya melihat sendiri di sebagian besar negeri Islam tanpa terkecuali negeri ini, yang mana, orang-orang lebih mementingkan pekerjaan daripada ibadah, ketika adzan kerkumandang, bukannya mereka pergi menghadap Allah (shalat) tapi masih sibuk nongol di laptop,masih sibuk ngerjain tugas, mereka lebih menuruti bos mereka daripada Sang Pencipta. Mereka rajin menyetor tugas mereka ke bos, tapi, setoran kewajiban kepada Ilahi nol, tidak ada. Padahal gaji di dunia toh juga musnah, tapi gaji akhirat itu kekal, yaitu surga. Sebagian manusia terus-menerus berkepentingan dengan dunia, padahal, semakin umur mereka bertambah, semakin dekat pula dengan pintu kematian, sementara sebagian manusia tidak sadar, mereka meremehkan umur, sebagian mereka bilang” saya akan beramal di waktu tua”, sementara mereka tidak tahu kapan ajal menjemput mereka. Seandainya dia meninggal di usia muda, padahal telah berniat beramal shalih di usia senja, tapi belum kesampaian, apa kata akhirat?

Oleh karena itu, kita harus mempunyai bekal, bekal untuk perjalanan yang panjang, di mulai dari di pertanyakan dua malaikat di kuburan,kemudian dibangkitkan, ditampakan amalan baik dan buruk, ditimbang amalannya, belum lagi melewati shirath yang hanya bisa dilalui orang-orang yang beriman. Itupun kalau berhasil, kemudian masuklah tempat kebahagian yang abadi. Jika kita menginginkan itu, maka kita harus menyiapkan bekal mulai sekarang, sebagaimana musafir harus mempunyai bekal agar perjalanannya tenang dan dapat sampai ke tempat tujuan, sama halnya dengan kita, kita harus menyiapkan bekal, apa itu? Bekalnya adalah amalan shalih dan ketaqwaan, agar perjalanan panjang kita ke akhirat dapat kita lewati dengan baik dan dapat masuk surga Allah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai indah, bangunan yang megah dengan mozaik-mozaik yang memikat hati.

فتزودوا فان خير زاد التقوى

“Berbekalah, karena sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan.”

Kesimpulan dari jawaban di atas adalah:

1.      Tujuan manusia diciptakan oleh Allah pada hakikatnya hanya satu yaitu beribadah kepadaNya

2.      Agar para hamba Allah dapat merealisasikan tujuan hakiki hidup mereka, maka Allah Ta’ala memberikan ladang kepada mereka, yaitu permukaan bumi

3.      Bukan berarti seorang hamba Allah tidak bekerja disebabkan bukan tujuannya hidup di sini, tetap bekerja agar dapat menafkahi keluarga sehingga tidak menyebabkan dia dan mereka kelaparan mengakibatkan mereka tidak khusyuk beribadah kepada sang Khaliq.

4.      Sekalipun bekerja, tetap ingat Allah Ta’ala, perbanyak sujud kepadaNya, karena kita hidup di dunia sementara.

5.      Berbekalah, karena sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan dan amal shalih. Dan janji Allah benar bagi siapa saja yang bertaqwa kepadaNya.

Wallahu 'A'lam

by Muhdar_Azzarnuji

Anjuran Belajar Bahasa Arab


Pembaca yang mulia, berbicara tentang bahasa Arab, kita sama-sama tahu bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur-an, dia merupakan bahasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia merupakan bahasa yang dipakai oleh para ulama dan penuntut ilmu sebagai pengantar kegiatan belajar mengajar, dan anda lihat sendiri para ulama tidaklah mengarang kitab kecuali menggunakan bahasa Arab, dia adalah bahasa umat Islam. Maka sepantasnya bagi kita untuk bangga dengan bahasa Arab dan mempelajarinya, karena dengan mempelajarinya, maka kita akan mudah memahami Al-Qur’an, hadits, dan agama Islam.

Berkata Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, “Pelajari bahasa Arab, karena dia termasuk agama kalian.”

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqim (1/204): “Bahasa Arab merupakan syiar Islam dan pemeluknya, dia merupakan bahasa yang paling agung di antara bahasa-bahasa lain yang membedakan umat Islam dengan yang lainnya. Karena itulah kebanyakan fuqaha’, atau mayoritas fuqaha’ membenci dalam doa-doa shalat dan zikir, dia berdoa atau berdzikir kepada Allah tidak menggunakan bahasa Arab.”

Berkata Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi-I, “Kami tidak mencintai seseorang tidak mengucapkan dengan bahasa Arab, kemudian menamai sesuatu dengan bahasa ‘Ajam (non-arab), karena sesungguhnya bahasa yang Allah ‘Azza wa Jalla pilih adalah bahasa Arab, maka Dia menurunkan kitab-Nya dengannya, dan menjadikannya sebagai bahasa Nabi terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itulah, kami katakan: “sepatutnya bagi siapapun yang mampu untuk belajar bahasa Arab agar mempelajarinya, karena dia adalah bahasa utama yang dicintai tanpa mengharamkan siapapun untuk berbicara dengan bahasa ‘Ajam.”

Ingatlah kaidah fiqhiyyah berikut ini,
ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
“Tidaklah sempurna suatu kewajiban kecuali sempurnanya wasilah menuju kewajiban.”

Contoh: Memahami Al-Qur’an hukumnya wajib, maka tidaklah anda memahami Al-Qur’an kecuali memahami bahasa Arab.”


Maka dari itulah, wahai saudaraku, khususnya para penuntut ilmu agama, sepatutnya kita untuk mempelajari bahasa Arab dengan sungguh-sungguh karena mempelajari bahasa Arab hukumnya wajib. Bagaimana mungkin kita dapat memahami Al-Qur’an dan hadits tanpa bisa berbahasa Arab? Apa kata akhirat? (Fawaid saya nukilkan dari https://islamqa.info/ar/90066

Kamis, 22 Desember 2016

Langkah Menuju Sukses


Kehidupan di dunia pasti penuh dengan tantangan, derita, musibah, kegagalan, dan hal-hal yang sekiranya anda pikirkan, maka terasa sesak di hati, sakit di hati. Semakin anda pikirkan, maka anda semakin berputus asa, tidak kuasa menahannya. Namun, tahukah anda bahwa satu derita melupakan derita yang lain. Derita hari ini melupakan derita hari kemarin. Derita hari esok melupakan derita hari ini. Itulah yang dinamakan dengan nama dinamika kehidupan. Karena itulah, jangan berputus asa, karena semuanya akan berlalu. Kehidupan sejarah, wahai saudaraku terus bergulir tidak berhenti di suatu tempat. Karenanya, janganlah anda merasa menderita kemudian berputus asa.Tidak sepantasnya seorang muslim patah arang karena tantangan yang dihadapi hari ini,apapun yang terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian mengharap kematian………”

Maka dari itulah, wahai saudaraku, janganlah anda merasa berputus asa sampai-sampai anda berharap kepada Allah supaya Allah Mencabut ajalmu, diakhirkan hayatmu, hanya karena apa? Karena tidak kuasa menahan beban hidup kemudian berputus asa. Percayalah, waktu terus berputar, kondisi akan terus berubah, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah menentukan dunia ini kekal untuk siapapun. Lihatlah, betapa banyak orang sukses sebelum anda, sekarang mereka hanyalah sebuah kenangan sejarah. Betapa banyak yang kita lihat orang-orang yang menderita dalam sejarah, namun di saat ini, mereka adalah orang-orang yang banyak tersenyum karena telah berbahagia. Mereka tidak ingat lagi apa yang telah mereka lalui. Demikian juga dengan diri anda, janganlah anda berputus asa. Ingatlah, optimis!!! Jangan berputus asa karena semua rezeki kita telah Allah tentukan sekalipun hewan melata, dia sudah ditentukan rezekinya oleh Allah. Semboyan seorang muslim adalah sebagaimana yang telah Allah firmankan,

قل لن يصيبنا إلا ما كتب الله لنا هو مولانا وعلى الله فليتوكل المؤمنون
“Katakanlah, tidaklah kami ditimpa musibah kecuali telah ditentukan oleh Allah untuk kita………….kepada Allah, maka bertawakkalah wahai orang-orang beriman.” (QS. At-Taubah: 51)

Wahai saudaraku, kuatkankanlah kesabaran dan ketabahan, terimalah apapun kondisi anda dan serahkan segala urusan kepada Allah Ta’ala, disertai dengan usaha dan perbanyaklah doa kepada Allah Ta’ala, angkat tangan mungil anda, ucapkan keinginan hidup anda kepada Yang Maha Pemberi lagi Maha Penyayang, karena doa seorang hamba tidaklah tertolak dan Allah senantiasa mengabulkan doa kita jika tidak ada penghalang. Allah Ta’ala berfirman,

ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
“……….Berdoalah kepadaKu, niscaya kukabulkan untukmu. Sesungguhnya orang-orang sombong dari beribadah kepadaKu, maka dia akan masuk neraka jahannam dalam keadaan terhina.” (QS. Ghafir: 60)

Wahai saudaraku, bangkitlah dari rasa sedih dan putus asa. Berusahalah untuk meraih kesuksesan anda. Carilah bakat dan potensi anda. Karena kita semua memiliki kodrat sukses masing-masing. Percayalah, bahwa masa depan ada di tangan anda, ada di dalam sejarah anda. Wujudkan masa depan anda! Dengan apa? Dengan bersungguh-sungguh mencari apa yang bermanfaat bagi kita, kembangkan potensi dan bakat yang kita punya disertai dengan rasa percaya diri yang tinggi. Ingat, yang menjadikan kita gagal adalah karena kita tidak menyadari bahwa kita pada hakikatnya sedang meniti suatu langkah, melangkah selangkah demi selangkah menuju kesuksesan. Derita demi derita, wahai saudaraku, adalah anak tangga sampai pada tahap kesuksesan. Ibarat anda pada masa kecil, anda merangkak kemudian belajar berjalan dengan bertatih-tatih, jatuh bangun, toh juga anda akhirnya pandai berlari. Demikianlah gambaran kehidupan, tidak pernah ada yang abadi, karena itulah dinamika dunia dan terus akan berputar.
Percayalah, wahai saudaraku, nyawa anda tidak dicabut kecuali anda telah mencapai kodrat sukses yang telah anda raih berdasarkan ketentuan dari Allah Ta’ala dan tidak ada orang yang merebut sukses yang ada di tangan anda. Semoga motivasi ini menginspirasi kita semua. Wallahu a’lam bisshawab.

By Muhdar_Azzarnuji

(Diadaptasi dari video ceramah singkat Ust. Dr. Muhammad Arifin Badri hafizhahullah dengan penambahan dan perubahan dari penulis)